Waspada Bayi Ikterik! Kenali dan Rawat Bayi Ikterik Neonatorum dengan Tepat
PONTIANAK - Bayi yang tampak kuning setelah lahir sering kali membuat orang tua khawatir. Kondisi seperti ini umum terjadi yang dikenal sebagai Ikterik Neonatorum atau bayi kuning.
Keadaan bayi ikterik ini disebabkan adanya peningkatan kadar bilirubin dalam darah pada tubuh bayi yang menyebabkan kuning pada kulit, mata, dan daerah tubuh.
Hal ini disampaikan oleh Ns.Ade Wahyuni, S.Kep saat memberikan edukasi kepada pasien yang sedang mendapatkan perawatan di ruang nifas RSUD SSMA Kota Pontianak, Selasa (24/6/2025).
Penyebab Ikterik Neonatorum menurut Ners Ade diantaranya adalah adanya infeksi pada bayi, kelainan atau masalah pada organ hati dan empedu bayi, ibu dengan diabetes, adanya trauma saat lahir, reaksi ketidakcocokan antara darah ibu dan bayi, serta kekurangan Air Susu Ibu atau ASI.
"Apabila bayi tampak lemas, tidak mau menghisap atau malas menyusu, buang air besar berwarna dempul, dan buang air kecil berwarna gelap, merupakan gejala akut bayi baru lahir mengalami Ikterik Neonatorum," jelasnya.
Sedangkan munculnya tangisan bayi melengking, bayi kejang, perut membuncit, dan pembesaran hati, tuli, gangguan bicara, serta mata tampak seperti berputar-putar merupakan gejala kroniknya.
"Ikterik Neonatorum pada bayi dapat terjadi sejak 24 jam pertama bayi baru lahir atau hari kedua dan hari ketiga bahkan dapat menetap hingga satu sampai dua hingga minggu pertama," ungkapnya.
Ners Ade mengatakan meskipun sebagian besar kasus bayi kuning tidak berbahaya dan akan hilang dengan sendirinya dalam satu sampai dua minggu
Namun, jika kadar bilirubin terlalu tinggi atau meningkat dengan cepat kondisi ini bisa membahayakan otak bayi, yang mengakibatkan tuli, gangguan penglihatan, keterbelakangan mental, kerusakan hati, dan organ lainnya hingga kematian.
Jika bayi mengalami gejala bayi kuning tetap berikan ASI yang cukup dan segera konsultasikan ke dokter atau tenaga kesehatan apabila bayi nampak lemas, tidak mau menghisap atau malas menyusu. Dia menegaskan adanya deteksi dan penanganan dini sangat menentukan keberhasilan pengobatan.(PKRS-humas/rsudssma)