thumb

Mengenal Distress Pada Penderita Diabetes

PONTIANAK  - Diabetes selain berdampak pada fisik juga  pada psikologis pasien. Dampak psikologis  ini dapat berlangsung sejak pertama kali di diagnosa  penyakitnya dan berlangsung selama beberapa bulan bahkan lebih dari 1 tahun. 

Dampak psikologis yang paling sering ditemukan adalah distres dan depresi.

Hal ini disampaikan oleh Ns. Istafiyana Rahayu, S.Kep pada saat memberikan edukasi tentang mengenal distress pada penderita diabetes kepada 15 pasien dan pengunjung RSUD SAMA Kota Pontianak. Jumat (16/08/2024)

Menurutnya distress pada penderita diabetes merupakan masalah emosional unik yang berhubungan langsung dengan beban dan kecemasan yang dirasakan pasien diabetes melitus tipe 2. 

"Distress yang berhubungan dengan diabetes dapat menyebabkan pasien menjadi pesimis dan rendahnya efikasi diri yang mengakibatkan kurangnya kepatuhan pengobatan mandiri dan dapat menyebabkan kontrol glikemik yang lebih buruk," Jelasnya.

Istafiyana juga menambahkan bahwa dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan distres dapat membantu pasien meningkatkan kontrol glikemik. 

"Untuk mengetahui tingkat distres pada pasien dengan diabetes dapat di lakukan dengan menggunakan kuisioner Diabetes distress scale (DDS17 Bahasa Indonesia)," Imbuhnya

Skala Distres di bagi menjadi empat bagian yang pertama,  beban emosional  yaitu pasien merasa marah, takut, dan depresi ketika memikirkan penyakit diabetesnya.

Kedua yaitu Tekanan yang berhubungan dengan dokter,  misal pasien merasa petugas kesehatan tidak memahami kondisinya saat ini dan menetapkan tujuan yang tidak realistis, target terapi diabetesnya.

Sedangkan yang ketiga adalah distres terhadap program terapi,  dimana pasien merasa tidak mampu dan tidak percaya diri dalam melakukan terapi atau perawatan diri terkait diabetesnya. 

Serta yang keempat adalah distres interpersonal , yang dimaksud disini adalah pasien beranggapan bahwa keluarga atau perawat tidak dapat mendukung terapinya dan tidak memahami kesulitan hidup dengan diabetes.

Istafiyana juga menyebutkan ada beberapa faktor yang berhubungan dengan distress diabetes antara lain jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, aktivitas fisik, status ekonomi, pengetahuan pasien tentang diabetes, gaya hidup sehat , obesitas, durasi diabetes, regimen terapi diabetes, kejadian hipoglikemia, komplikasi kronis, kontrol glikemik, dan dukungan keluarga.

"Kondisi ini dapat berdampak pada buruknya kontrol glikemik dan peningkatan morbiditas dan mortalitas pada pasien diabetes dalam jangka panjang.," Ungkapnya.

Sehingga penting bagi penderita diabetes mengenal distres ini guna memberikan rasa nyaman kepada pasien selama menjalani program terapi. Pasien yang mendapatkan terapi insulin biasanya lebih tinggi distresnya di bandingkan dengan yang hanya mendapatkan terapi oral. Banyak yang beranggapan jika sudah mendapat insulin maka sakit diabetes semakin parah. Faktanya hal tersebut tidak lah benar. 

"Untuk dapat mengurangi tingkat distres pada pasien, kita dapat mengunjungi layanan kesehatan untuk mendapatkan informasi secara benar, berkumpul bersama komunitas diabetes untuk saling berbagi cerita dan melakukan komunikasi bersama keluarga secara intens," Jelasnya.

Pak Jaus Sitinjak yang merupakan salah satu  peserta edukasi mengatakan “bahwa berkumpul bersama penderita diabetes bisa menjadi salah satu obat mengurangi setres dan menurunkan gula darah, selain itu juga mendapatkan edukasi yang terbaru sehingga saya rutin hadir di edukasi kelompok setiap minggunya”. (Pkra-humas/rsudsama/2024).