thumb

Hindari Dampak Buruk Bagi Kesehatan RSUD SSMA Berikan Informasi Interaksi Obat*

PONTIANAK - Interaksi obat terjadi ketika adanya kombinasi dua obat atau lebih dan saling mempengaruhi efek satu sama lainnya.

Perlunya masyarakat mengetahui dampak interaksi obat tersebut, pasalnya beberapa interaksi obat bisa membahayakan tubuh,  hal ini disampaikan Hansel Febrian, S.Farm saat memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan pengunjung RSUD SSMA Kota Pontianak, Rabu (23/04/2025).

Menurutnya, interaksi obat dapat menimbulkan dampak antara lain bisa memperkuat atau melemahkan efek obat itu sendiri, bisa menimbulkan efek samping baru, bahkan bisa membuat obat tidak bekerja dengan baik.

"Kelompok yang paling berisiko terhadap adanya interaksi obat ini adalah lansia, penderita penyakit kronis, dan masyarakat yang menggunakan obat tanpa konsultasi kepada dokter atau apoteker, terlebh dahulu" tambahnya.

Hansel juga memberikan beberapa contoh interaksi obat dengan obat diantaranya adalah obat Rifampicin~ dengan kontrasepsi ethinylestradiol atau estradiol yang berdampak menurunkan efektifitas kontrasepsi. Reaksi obat Warfarin dengan vitamin K bisa menyebabkan berkurangnya efek pengencer darah.

Serta reaksi obat Glicazide dengan Allopurinol dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada pasien gagal ginjal, reaksi obat Ibuprofen dengan Antasida bisa mempercepat efek ibuprofen tetapi berisiko meningkatkan erosi lambung, serta reaksi antara obat Amlodipin dengan Atorvastatin bisa menyebabkan nyeri otot.

“Apabila merasakan mual, muntah, pusing, detak jantung tidak normal atau obat terasa tidak bekerja  kemungkinan efek adanya interaksi obat,” jelasnya.

"Meski demikian interaksi obat dapat dicegah dengan melakukan beberapa langkah, seperti konsumsi obat sesuai dosis yang dianjurkan, gunakan obat sesuai cara yang direkomendasikan, minum obat pada waktu yang tepat dan jarak yang sesuai, dan konsultasikan ke farmasi," pungkasnya. (pKRS-humas/rsudssma)